Sharing is caring

Wednesday, 14 May 2025

CINTA BERPINDAH HATI

  

Dua wajah tampak muncul di halaman universitas itu, di antara puluhan mahasiswa dan mahasiswi yang siap menyambut hari itu dengan celoteh dosen dan juga canda tawa teman mereka. Bintha salah satu pemilik wajah itu tercatat sebagai mahasiswi fakultas Hukum di universitas itu. Begitu pun Sahrani gadis yang berada di sebelah Bintha. Mereka sudah bersahabat sejak SD, jadi bisa dibilang mereka seperti saudara. Dimana ada Bintha di situlah ada Sahrani, begitulah teman mereka berkomentar.

Setelah memeras otaknya untuk mendengarkan teori-teori dan pasal-pasalnya dari pak dosen, mereka bergegas ke kantin untuk mengembalikan tenaga. Segera saja mereka melahap bakso dan es teh yang baru saja dihidangkan. Saat sedang asyik-asyiknya menghadapi baksonya, tiba-tiba ada dua cowok menghampiri mereka.

“Boleh kita duduk disini?” tanya salah satu cowok itu.

“Oh, boleh. Silahkan, toh tempat itu bukan milik kita. Iya nggak?” Cerocos Sahrani sambil menyenggol lengan Bintha, tapi yang disenggol cuma tersenyum.

“Hmm..lama banget sih sotonya.” Keluh cowok itu lagi.

Dipikiran Bintha sudah muncul pertanyaan. Namun, belum sempat mencernanya cowok itu berucap lagi sambil mengulurkan tangan “Oh, ya kenalkan nama saya Leo dan ini Reza.” Yang memiliki nama Reza juga mengulurkan tangannya.

“Saya Bintha dan ini Sahrani.” Mereka secara bergantian berkenalan.

Ternyata Leo orangnya asik diajak ngobrol sedangkan Reza memilih untuk diam. Memang sih, dia juga ngomong tapi cuma ya, oh itu, betul, plus senyum.

Hari demi hari hubungan mereka semakin baik. Perasaan Bintha juga tak menentu kepada Leo, Bintha merasa Leo punya banyak kelebihan yang membuat yang membuat Bintha selalu ingin didekat Leo dan kelihatannya hal itu tidak jauh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh Sahrani. Namun, mereka tidak saling mengetahui satu sama lain.

Semua berjalan seperti biasa, sampai suatu siang saat Bintha berjalan ke perpustakaan yang lokasinya berbeda gedung, tiba-tiba ada yang menarik tangannya.

“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” Ucap cowok itu yang tak lain adalah Leo

Jantung Bintha mau copot rasanya tapi dia berusaha tenang dan berkata “apa?”

“Nggak bisa disini.” Leo celingukan

“Di cafe tea saja.” Ucap Leo yang kelihatan tergesa-gesa sebari menarik tangan Bintha

Sesampainya di cafe tea mereka duduk dan memesan dua gelas lemon tea. Bintha memulai pembicaraan “Em, sekarang apa yang mau kamu omongin?”

“Em,gimana ya, aku bingung ngomongnya.” Leo terlihat gelisah

“Oke kamu minum dulu, baru kamu ngomong.” Saran Bintha yang bertambah penasaran dengan Leo.

Cowok itu menuruti saran temannya itu, lalu berkata “Bin, kamu kan sahabatan dengan Sahrani sejak dulu, tentu kamu lebih kenal dia.”

Bintha mengangguk

“Em,Bin..selama ini aku aku sayang banget sama orang, ya bisa dibilang jatuh cinta begitu.” Wajah Leo tampak begitu serius.

Bintha semakin bingung dengan munculnya berbagai pertanyaan dibenaknya dan Leo pun meneruskan kalimatnya “Dan dia adalah...”

“Siapa?” Kata itu terlontar begitu saja dari mulut Bintha

“Sahrani”

Duer, rasanya Bintha seperti disambar petir di siang bolong yang membuat hatinya hancur berkeping-keping. Air mata Binta berdesakan ingin keluar tapi dengan segenap tenaga Bintha menahannya dan berkata “lalu?” Suaranya hampir tak terdengar.

“Malam ini kami ada janji mau nonton dan rencananya aku mau ngungkapin isi hatiku.”

Dengan perasaan hancur Bintha terpaksa membuka mulutnya.

“Bagus, so apa hubungannya dengan aku?”

“Selama ini aku ngerasa kamu sudah baik banget sama aku, aku berharap kita bisa jadi sahabat baik. Jadi aku mau minta pendapat kamu.” Ucap Leo tanpa melepas pandangannya dari Bintha.

“Pendapatku em, sepertinya Sahrani juga sama kayak yang kamu rasain. Jadi ya aku akan dukung 100% hubungan kalian.” Suara Bintha terdengar bergetar.

“Makasih Bintha, kamu memang baik banget.” Ucap Leo kemudian

“Eh Bin, pulang yuk udah sore nih.” Ajak Leo

“Oke.” Jawab Bintha mantap

Leo mengantar Bintha sampai depan rumah.

“Enggak mampir dulu?” Bintha sudah bisa mengendalikan perasaannya

“Enggak lain kali saja, sudah sore nih !” Kata Leo sambil berjalan menuju motor kesayangannya.

“Eh, Bin jangan sia-siakan kebaikan Reza ya..” Ucap Leo lagi saat menaiki motornya.

Leo segera melajukan motornya setelah meluncurkan kata itu, sebelum Bintha melontarkan pertanyaan.

Semalam Bintha menumpahkan kesedihannya kepada teddy bearnya dengan kata-kata Leo tadi.

“Reza memang misterius dia agak pendiam jadi terkesan angkuh, tapi bila sudah kenal dia baik banget, tampangnya pun nggak kalah dengan Leo.” Pikiran itu muncul tiba-tiba di otak Bintha.

“Kok aku jadi mikirin Reza sih! Apa mungkin karena ucapan Leo.” Bintha ngomong sendirian

“Auah pusing!” Bintha merebahkan tubuhnya dan berusaha menutup matanya.

Hari-hari berlalu seperti biasa. Sekarang Bintha jadi lebih dekat dengan Reza. Mungkin karena Sahrani dan Leo lebih sering berduaan meski kadang mereka berjalan berempat. Sepertinya Bintha mulai jatuh hati pada Reza.

Sore itu Bintha sedang menikmati perjalanan pulangnya dengan jalan kaki. Tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangannya dan terus berjalan.

“Reza, kita mau kemana?” tanya Bintha kepada cowok itu. Namun yang ditanya terus berjalan dan menggenggam tangan Bintha. Yang membuat tangan Bintha terasa seperti terbakar. Mereka sampai di cafe tea. Reza pun mengajak Bintha duduk.Reza memesan dua gelas lemon tea.

Dengan perasaan kesal Bintha memulai pembicaraan “apa sih mau kamu?”

“Aku mau ngomong sesuatu.” Jawab Reza singkat

“Ngomong ya ngomong tapi nggak gini juga kan caranya.” Ucap Bintha yang tak mau kalah

“Maaf.” Kata itu terlontar begitu tenang

Reza langsung bergegas menuju caffe yang berada tidak jauh dari kampusnya sembari menggandeng tangan Bintha.

Suasana menjadi hening sesaat, dan seorang pelayan mengantarkan dua gelas lemon tea “silakan” ucap pelayan itu dan meninggalkannya.

“Aku mau ngomong tapi aku harap kamu nggak marah lagi.” Reza mamulai pembicaraan.

“Baiklah.” Bintha mengalah

“Aku mau jujur sama kamu, aku sayang kamu.” Kata itu keluar dengan mulus

Untuk kedua kalinya Bintha merasa disambar petir di siang bolong ditempat yang sama dan di kursi yang sama pula. Namun saat ini perasaan Bintha jadi berbunga-bunga tidak seperti saat itu.

“Aku ingin kamu jawab jujur sesuai dengan kata hatimu.” Reza meneruskan kalimatnya.

Bintha terdiam, berusaha memikirkan apa saja yang bisa dipikirkan meski sejak tadi ia tahu bahwa perasaannya mengatakan ia juga mencintai Reza.

“Ya.” Jawab Bintha singkat

“Ya apa?” tanya Reza dengan penasaran

“Ya aku juga sayang kamu.” Ucap Bintha dengan wajah memerah

“Jadi kamu mau jadi pacar aku?” Senyum terpampang di wajah Reza.

Bintha mengangguk dan sejak saat itu kebahagiaan menghampiri Bintha dengan kehadiran Reza disamping Bintha.

 

 

 

*TAMAT*

 

No comments:

Post a Comment